Kamis, 26 Desember 2013

Warga Hegar Asih Tuduh Ketua RW Tidak Transparan





BANDUNG -
Warga masyarakat kampung Hegar Asih RW 03 Kelurahan Cipaganti Kecamatan Coblong Kota Bandung merasa tidak mendapatkan pelayanan prima dari jajaran aparat setempat. Hak ini menyusul tidak transparannya aparat RW dalam menginformasikan berdirinya sebuah bangunan Hotel di tengah lingkungan mereka. Akibat tindakan pihak RW tersebut menyukut perselisihan diantara warga.

Menurut salah seorang warga, yang tidak mau disebutkan namanya, hal yang sangat memprihatinkan dari tindakan ketua RW adalah tidak adanya komunikasi yang jelas dengan warga mengenai sosialisasi berdirinya hotel tersebut. Warga sepertinya dikesampingkan setiap ada pembicaraan atau kesepakatan dengan pihak manajemen hotel.

Dikatakannya, banyak hal yang harus dibahas dan disepakati antara pihak manajemen hotel dengan warga masyarakat sekitar, seperti masalah gangguan lingkungan, ijin lingkungan, kesepakatan kompensasi serta ijin bangunan serta perubahan fungsi bangunan dari mall menjadi hotel. Sementara saat ini hotel sudah berdiri dan tengah dalam proses finishing, dalam artian sudah hampir mencapai 95%.

“Terang saja, kami keberatan karena seperti ada yang disembunyikan dari pihak aparat RW, terutama tentang masalah kompensasi. Hingga saat ini pihak RW belum ada niat untuk mengundang warga membicarakan masalah kompensasi tersebut”, katanya.

Ketegangan antara warga dengan pihak RW terutama terkait masalah kompensasi yang bakal diberikan oleh pihak manajemen hotel kepada warga melalui fasilitator RW. Warga menganggap RW telah membuat kesepakatan sepihak dengan pihak manajemen hotel mengenai kompensasi. Hal itu mencuat setelah terdengar kabar bahwa pihak manajemen hotel awalnya bersedia memberikan kompensasi sebesar Rp. 1.250.000/KK, namun setelah dimediasi oleh lembaga RW besaran nilai kompensasi menjadi Rp. 500.000/KK.

Ketika masalah tersebut dikonfirmasi kepada Ketua RW 03, Sudjatmoko, mengaku bahwa masalah tersebut belum senpat dibicarakan dengan warga. Maka, wajar apabila warga belum mengetahui masalah kompensasi tersebut.

“Saya memang belum menyampaikan masalah kompensasi tersebut kepada warga, tapi pasti pada saatnya nanti saya sampaikan kepada warga”, kata Sudjatmoko.

Berdirinya sebuah bangunan hotel yang terletak di Jln. Cihampelas yang berbatasan antara RW 02 dan RW 03 Kelurahan Cipaganti Kecamatan Coblong tersebut, hingga saat ini diduga belum mendapatkan ijin tetangga. Hal itu sesuai pengakuan dari beberapa warga yang merasa belum pernah dimintai tandatangan mengenai ijin tetangga untuk IMB atas berdirinya hotel tersebut. Kendati demikian warga tersebut-pun mengaku sempat dikumpulkan untuk membicarakan perihal berdirinya hotel. Akunya pula, sempat dimintai tandatangan, namun katanya bukan untuk permintaan ijin tetangga persyaratan IMB. Menurutnya, tandatangan itu merupakan bentuk persetujuan kompensasi amdal lingkungan sebesar Rp. 250.000/KK selama pambangunan berjalan ujarnya. ***(A1)

P2TP2A Jabar Luncurkan Lomba Desain Kartu Pos Cegah Perdagangan Orang




BANDUNG -- Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat melakukan inovasi dalam sosialisasi anti kejahatan human trafficking (perdagangan orang) dengan adakan Lomba Desain Kartu Pos. 

Ketua P2TP2A Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan mengatakan dengan adanya lomba desain kartu pos ini semakin banyak orang yang kreatif dan tersadarkan akan bahayanya human trafiking dan akan berdampak positif bagi masyarakat untuk paham dan mengerti. 

"Menurut rencana, kartu pos ini akan disebarkan ke desa dan kelurahan  serta disebarluaskan kepada kepala sekolah dan tokoh agama. Semakin banyak masyarakat untuk mengerti sehingga tergerak untuk memerangi bukan saja tugas pemerintah dan pihak terkait maka menjadi tugas bagi masyarakat Jawa Barat," papar Netty pada Launching Lomba Desain Kartu Pos dengan tema "Bersama Menghapus Perdagangan Orang" di Menara Gedung Sate Bandung, Senin (23/12).

Manager Filateli PT. POS Indonesia Tata Sugiarta menyambut baik dan memberikan apresiasi dengan adanya Lomba Desain Kartu Pos ini dengan tema Mencegah Human Trafiking. 

Tata mengatakan pihaknya akan membantu dengan menyebarkan poster yang diberikan ke kantor cabang dan agen yang tersebar di seluruh Jawa Barat serta hasil karya kartu pos tersebut akan disimpan di kantor pos. "Ini dimaksudkan, dengan adanya wisata pos bagi para pelajar yang merupakan target untuk mengedukasi dan memberikan informasi," ungkapnya. 

Human trafficking, menurut Netty Heryawan, merupakan kejahatan paling parah di masyarakat dibandingkan penjualan narkoba. "Jika narkoba sudah dipakai maka secara otomatis akan habis terpakai tetapi untuk human trafiking jelas berbeda. Kalau korbannya manusia maka masih bisa diperdagangkan atau dipakai terus menerus selama korban tersebut masih hidup. Dampak sosial yang ditimbulkan bagi korban human trafiking akan berlangsung dalam jangka panjang," paparnya. 

"Maka Saya sebagai Ketua P2TP2A  yang peduli dan mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat untuk dapat mempercepat mimpi untuk mengedukasi dan memberikan informasi tentang human trafficking," tandasnya. 

Untuk itu, ungkap Netty, dengan adanya kerja sama dengan PT. POS Indonesia untuk membuat lomba desain kartu pos yang menampilkan gambar maupun bacaan tentang human trafficking. 

Acara dihadiri oleh Kepala Biro Humas, Protokol Dan Umum Setda Prov. Jawa Barat R. Ruddy Gandakusumah, Kadiskominfo Prov. Jawa Barat Dudi Sudradjat Abdurachim, Manager Filateli PT. POS Prov. Indonesia Tata Sugiarta, Pengurus P2TP2A Prov. Jawa  Barat, Perwakilan BEM dari Perguruan Tinggi di Bandung.***

Rabu, 25 Desember 2013

Wagub Lepas Kontingen MB Gita Pakuan Pemprov Jabar Untuk Tanding di GPMB XXIX



BANDUNG -- Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar melepas Tim Marching Band Gita Pakuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengikuti Kejuaraan Tingkat Nasional Grand Prix Marching Band (GPMB) XXIX Tahun 2013 di Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 27 s.d 29 Desember 2013. Pelepas

Wagub mengapresiasi adanya perkembangan yang cukup positid pada Marching Band, bukan saja sebagai kegiatan ekstra kurikuler tetapi menjadi salah satu jenis entertainment musical show yang kaya warna artistik, baik dalam dimensi musikal maupun visual.

Ditambahkannya menurut para ahli seni, marching band tidak hanya sebagai kegiatan bermusik tetapi juga mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi perkembangan karakter dan kepribadian.
an kontingen Marching Band dilaksanakan di halaman Gedung Sate Bandung, Selasa (24/12).

"Diantaranya keterampilan musik, kepercayaan diri, kesehatan dan kebugaran, prestasi, kepemimpinan, loyalitas, identitas komunitas, harga diri dan unsur kegembiraan. Maka dari itu perkembangan marching band dapat dijadikan salah satu wahana pembinaan generasi muda Jawa Barat menuju generasi penerus yang unggul dalam karya, cipta dan karsa, mandiri, kreatif, berani tampil serta mampu memahami dan menghargai keunikan dan keberagaman yang ada di tengah masyrakat," papar Deddy panjang lebar.
Kabiro Hpu Setda Prov. Jawa Barat R. Ruddy Gandakusumah menuturkan bahwa kejuaraan ini merupakan kejuaraan marching band terbesar di Indonesia. Komposisi pemain dan official yang tergabung pada kontingen Grand Prix Marching Band XXIX/2013 ini sebanyak 140 orang. "Materi yang ditampilkan mengambil tema, lagu dan cerita dari tokoh penyanyi Indonesia yaitu Titiek Puspa dengan judul A Tribute To Titiek Puspa," jelasnya.
Dalam laporannya,  Ruddy menjelaskan bahwa kegiatan ini dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2013.

Wagub Deddy berpesan kepada para kontingen untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai kekompakan, kebersamaan, serta nilai-nilai luhur kearifan lokal Jawa Barat, yang dikenal dengan istilah silih asah, silih asih dan silih asuh. 

Selain itu juga, menurut Deddy, kesempatan yang berharga ini sebagai nilai tambah peningkatan kualitas diri serta optimalisasi kemampuan terbaik yang dimiliki untuk mengharumkan nama Gita Pakuan, Pemerintah Daerah dan masyarakat Jawa Barat.

Hadir pula Kadisorda Prov. Jawa Barat, Kepala Bidang Kepemudaan Selaku Pembina Marching Band Gita Pakuan dan Pengurus Marching Band Gita Pakuan.


Di CFD Dago, Heryawan Peringati Hari Ibu Dengan Pemulung





BANDUNG - Minar Mintarsih (46 tahun), pemulung, sepanjang hidupnya tak pernah sekalipun mendapat ucapan selamat Hari Ibu. Namun, Minggu, 22 Desember 2013, yang bertepatan Hari Ibu ke-58, benar-benar menjadi hari spesial baginya.
Hari Ibu bagi perempuan tangguh berputra lima orang ini kian istimewa karena yang memberi selamat adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Momen langka ini terjadi di tengah ruas jalan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day, CFD) Jl. Ir. H. Djuanda, Dago, Kota Bandung.

Heryawan menuju CFD Dago memakai sepeda dari rumah dinas di Gedung Negara Pakuan. Usai mengayuh sepeda sekitar 15 menit, Gubernur bergabung dengan ribuan warga yang memadati Jalan Dago.Warga yang mengetahui kehadiran Jabar 1 berebut menjabat tangan dan berfoto. Heryawan pun melayani satu demi satu. Sebagai wujud penghargaan atas peran kaum perempuan, Gubernur membagikan bunga mawar kepada para ibu.

"Selamat Hari Ibu ya...," ucapnya. 
Pemberian ucapan langsung kepada para ibu khususnya dan kaum perempuan umumnya ini, berlangsung meriah. Mereka yang mendapat ucapan selamat tampak antusias dan gembira atas kepedulian Gubernur Heryawan terhadap hari khusus para ibu.

"Terimakasih Kang Aher," ujar beberapa ibu yang berebut bunga yang dibagikan Gubernur Heryawan.

Di tengah kepadatan warga berjalan santai di kawasan CFD Dago, Heryawan menyempatkan diri untuk menghampiri Minar Mintarsih yang tengah duduk di tembok pembatas tengah jalan. Minar tengah beristirahat sejenak saat karung rongsokannya hampir terisi setengah.
"Ibu sedang apa?" Sapanya seraya duduk di samping Minar. Pemulung yang mengenali Heryawan, gubernurnya, tersekat menjawab pertanyaan. Istri Asep Syaeful (43 tahun) ini --juga pemulung-- sama sekali tak menduga sang Gubernur menghampirinya.

Namun, tak lama kemudian, pemulung yang berdiam di Jl. Kebon Bibit Barat Belakang, Tamansari, Kota Bandung, akhirnya bercakap santai dengan Heryawan. Perempuan asal Kabupaten Cianjur ini menjawab lancar pertanyaan.

Mengakhiri silaturahim singkatnya, Heryawan mencatat alamat lengkap Minar Mintarsih. Gubernur mencatat data ibu pemulung untuk diproses sebagai salah seorang penerima program renovasi Rumah Tinggal Tidak Layak Huni (Rutilahu).

"Kita ikutkan program Rutilahu agar keluarga ibu Minar menempati rumah yang layak," ungkapnya, yang bertindak cepat setelah mendengar cerita kehidupan Sang Pemulung.

Usai dengan Minar, silaturahim berpadu olahraga ringan berlanjut. Di titik yang lain, memanfaatkan pengeras suara kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan senam, Gubernur Heryawan menyapa hadirin. Secara khusus, dirinya memberi ucapan selamat Hari Ibu.

"Kita semua wajib berterimakasih kepada para ibu. Tanpa kaum ibu, kita tak berarti apa-apa. Karenanya, kaum ibu harus senantiasa kita cintai dan hormati," ujar Heryawan, yang berada di ruas jalan CFD Dago sekitar satu setengah jam.***

AHER SIAP DIWAKAFKAN UNTUK NEGARA



BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan saat ini dirinya hanya akan fokus menjalankan amanahnya sebagai pemimpin daerah Provinsi Jawa Barat di tengah maraknya fenomena pemimpin daerah yang digadang-gadangkan ke kancah nasional.   
 Heryawan menambahkan,  dirinya akan menjaga amanah kepemimpinan yang diembannya. "Saat ini yang terpenting amanahnya sebagai pemimpin bersedia memimpin orang banyak, tapi tidak untuk menjadi orang kaya. Kalau mau jadi orang kaya ya jadi pengusaha. Tidak boleh bercita-cita jadi orang kaya saat jadi pemimpin. Kalau amanah, sampai hari ini amanah, ke depan saya juga berkomitmen jadi amanah," katanya.   

Ia menuturkan, seorang pemimpin daerah memiliki keunggulan tersendiri jika mau maju ke pentas nasional, salah satunya ialah hapal akan keadaan daerahnya.   
"Kalau pemimpin daerah, minimal dia bisa tahu lah bagaimana cara memimpin sebuah pemerintahan itu," katanya ketika menjadi pembicara pada Forum Diskusi Inilah Demokrasi "Peluang Pemimpin Daerah Menuju Istana", di Inilah Graha Pasim Kota Bandung, Minggu.  
Sementara itu pada acara yang sama, Pengamat dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhroh menuturkan saat ini Indonesia butuh seorang pemimpin yang sadar diri akan kemampuannya.   

"Pemimpin seperti itu ialah, sosok yang pandai mengukur diri, kalau misalnya mencalonkan harus tahu diri. Bisa mengukur dengan kriteria menjadi Presiden yang ada. Negara itu butuh pemimpin yang apa adanya. Tidak yang muter-muter dan tidak dibuat-buat. Dan itu, kita memilikinya di pemimpin-pemimpin daerah,"
Siti Zuhroh mengatakan pemimpin daerah yang memiliki kemampuan dan track record terbaik di Indonesia harus bisa diwakafkan untuk negara, agar menjadi calon presiden atau wakil presiden.
"Siapapun itu,  pemimpin daerah yang bagus itu harus diwakafkan untuk negara, untuk menjadi capres atau cawapres," kata Siti Zuhro.

Dalam forum diskusi yang digagas oleh Inilah.com Grup, Siti mengatakan kecilnya peluang kepala daerah untuk menjadi pemimpin nasional dikarena tidak berfungsinya sistem partai dalam kaderisasi."Partai politik tidak bisa menjalankan fungsinya yakni fungsi partai kader. Kita tidak menyalahkan satu dua elemen kesalahan kita, karena kita tdk mampu memutuskan oligarki partai. Hal itu ada terus karena ada pihak-pihak yang menikmati. Di birokrasi juga ada tapi di partai politik lebih luar biasa," katanya.
Ia berharap, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 bisa menjadi proses demokrasi yang benar-benar demokratis, adil dan semua pihak bisa mencapainya dengan damai.
    
Menurutnya, menjadi seorang calon presiden/wakil presiden bukanlah hal mudah dan memang benar semua warga negara punya hak konstitusional untuk bisa mencalonkan dirinya sebagai pemimpin nasional."Artinya memang betul, kita punya hak konstitusional, tapi bukan berarti kita tidak tahu diri. Karena jadi RI satu atau dua penuh persyaratan, dan persyaratan itu bisa mengukur. Artinya wong jadi kepala daerah saja ngak pernah, lalu kita tiba-tiba jadi capres. Dari mana itu modelnya," kata Zuhro.Menurut dia, saat ini sudah saatnya pimpinan partai politik untuk mendengarkan siapa saja kadernya di daerah yang memang pantas menjadi pemimpin nasional (menjadi capres/cawapres).

Pada kesempatan tersebut pihaknya mengajak media massa sebagai bagian dari negara ini untuk mendorong pemimpin daerah terbaik tersebut untuk maju menjadi pemimpin nasional.
"Media memiliki peran untuk mengenal ke publik bahwa ada pemimpin daerah yang layak jadi pemimpin nasional," katanya.Menanggapi Siti Zuhro, Gubernur Ahmad Heryawan  menyatakan siap"diwakafkan" untuk negara sebagai pemimpin nasional.
"Ketika kita bermaksud hadir di negara ini, untuk memperbaiki negara dan menempati pos tertentu, ternyata kita di anggap layak. Kalau kelayakan itu hadir dari sendiri, tapi siappun orang mungkin termasuk saya. Ya harus siap," kata Heryawan.   
Menurut dia, berperan sebagai pemimpin pemerintahan sangatlah sulit, namun bukan hal yang tidak mungkin dilakukan meskipun sistem negara yang berjalan dengan baik.***