Kamis, 07 Maret 2013

Wagub Jabar Dede Nginap di Rumah Somah Buruh Tani





 Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat Dede Yusuf Macan Efendi tetap menunaikan tugasnya secara total. Meski masa jabatannya tinggal menghitung hari,

Hari Jumat (8/3) ini wagub melakukan kunjungan kerja ke Waduk Jatiluhur, Purwakarta guna meninjau pembangunan gorong-gorong air. Sehari sebelumnya atau Kamis (9/3) melakukan kerja bakti peresmian pembangunan jalan warga di Desa Cibogo Hilir.

Jalan warga itu menghabiskan anggaran Rp 150 juta yang bersumber dari dana stimulus PNPM sebesar Rp 22 juta, sementara sisanya merupakan sumbangan dana masyarakat. Lalu pada malam harinya, wagub melakukan dialog bersama warga di Desa Sela awi, Pasawahan.Purwakarta.

Seperti biasa, wagub memilih bermalam di rumah warga miskin ketimbang bermalam di hotel yang nyaman. Kali ini rumah yang diinapinya milik Somah, buruh tani berusia, 69 tahun.

"Sampai masa jabatan saya sebagai wagub selesai pada bulan Juni saya akan terus melaksanakan tugas-tugas wagub dalam hal pengawasan pembangunan. ke depan setelah tidak menjadi wagub saya akan tetap melakukannya dalam kapasitas berbeda," ujar Dede.

Wagub mengucapkan terima kasih atas militansi para relawan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Purwakarta yang proaktif memaksimalkan pembangunan di lingkungan masing-masing.

"Sampai kapanpun saya selalu dukung program PNPM, meski bukan sebagai wagub tetap saya akan suport semampu saya karena pemberdayaan masyarakat merupakan perwujudan semangat gotong royong yang harus ditumbuh kembangkan untuk mewujudkan kemajuan bersama," ungkap Dede. (Rony)

BPBD Jabar Bersama Masyarakat Bertekad Kurangi Resiko Bencana




Bandung-Media Bangsa. Bencana adalah kejadian luar biasa yang tidak bisa diprediksi  oleh siapapun. Bencana datang tiba-tiba, dia terjadi di manapun, kapanpun dan menimpa siapapun. Bencana merupakan  peristiwa yang sangat menakutkan.  Ketika sudah terjadi maka siapapun tidak dapat menghindarinya. Mereka harus menerima apa adanya, tidak peduli kehilangan harta benda atau bahkan nyawa sekalipun. Sungguh mengerikan jika bencana menghampiri ranah kehidupan kita.

Sering kita terkaget-kaget setelah melihat atau bahkan merasakan terjadinya bencana, baik itu bencana longsor, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan tsunami juga kebakaran. Kesemuanya merupakan bencana alam yang mengancam keselematan manusia.

Dari sekian banyak penyikapan terhadap bencana, maka yang paling utama adalah menejemen dari bencana itu sendiri, baik manajemen perorangan maupun kelompok. Masalah ini kelihatannya sederhana, namun memerlukan penanganan yang profesional, sebab jika tidak, justru malah menimbulkan masalah baru dan bukan penyelesaian yang diharapkan.

Sederet prseos penanganan bencana perlu disusun, mulai dari regulasi, hingga masalah teknis, dan hal itu perlu terus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.  Penanganan bencana bukan sesuatu yang statis melainkan dinamis, sesuai dengan kadar perkembangan persitiwa bencana itu sendiri.

Jika menilik amanat Undang – undang Dasar 1945 Pasal 28 (g) menegaskan, ‘setiap orang berhak atas pelindungan diri pribadi, keluarga dan harta bendanya serta berhak rasa aman dan perlindungan dari rasa aman dan perlindungan ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu’  maka pemerintah berkewajiban melindungi rakyatnya dari bahaya bencana yang menimpa. Hal itu diperkuat denga terbitnya  Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dan PP Nomor 21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanganan bencana. Di Jawa Barat sendiri telah dibuat Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan  penanggulangan bencana  ; pasal 115 ayat (1) butir g. Sederet perangkat regulasi tersebut, mengharuskan pemeritah untuk melakukan daya dan upaya penanggulangan bencana, baik membentuk kelembagaannya  maunpun teknis pelaksanaannya.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tergolong memiliki kadar terjadinya bencana yang tinggi. Banyak bercokolnya gunung berapi di Jawa Barat serta kontur tanahnya berbukit, membuat Jawa Barat tidak lepas dari ancaman bencana. Selain itu, sebagian daratan Jawa Barat merupakan cekungan dan kawasan hilir (dataran rendah) yang menjadi titik rawan terjadinya banjir, Di sinilah urgensi perlunya peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat.

Menurut Kepala Bidang Penanggulangan Bencana BPBD Jabar, Dadang Ronda, jajarannya terus melakukan terobosan dalam meningkatkan peran dan fungsinya. Hal yang dilakukan adalah terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan melalui berbagai program strategis. Termasuk belum lama ini diluncurkan konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengurangan resiko bencana di Jawa Barat.

Dikatakan, Jawa Barat memiliki potensi gempa bumi yang paling tinggi di banding dengan provinsi lainnya di Indonesia dengan  kejadian gempa yang merusak. Data Badan Meteorologi dan Gio Fisika (BMG) menyebutkan sejak  18-18 -2009 di Jawa Barat terjadi 34 kali gempa bumi , Jateng 25 kali, Jatim 22 kali, Jogyakarta 5 kali  kejadian Tsunami 2 kali [2006, 2009]. Disebutkan pula, gempa di laut Jawa Barat sebagian besar di lempeng Eurasia seperti terjadi pada  1979 berkekuatan 5-6 SR, 1980 berkekuatan 5-6 SR, tahun 2006 berkekuatan 7,4 SR dan pada tahun 2007 sebesar 6,5 SR, serta terakhir pada tahun 2009 berkekuatan 7,4 SR.
Potensi gempa di darat Jawa Barat, sebut Dadang Ronda berpotensi di daerah patahan/sesar aktif seperti sesar Cimandiri di Pelabuanratu,  Baribis di Majalengka, Lembang di Bandung Barat, wilayah Kuningan; wilayah Garut; sesar Gn. Halu Kab. Bandung Barat; sesar Cianjur.
Disebutkan pelaksanaan penanggulangan bencana berorientasi kepada  pemberdayaan dan kemandirian melalui partisipasi masyarakat yang mengarah kepada pengurangan resiko bencana bersama masyarakat di kawasan rawan bencana secara mandiri. Menghindari munculnya kerawanan baru dan ketergantungan masyarakat di kawasan rawan bencana kepada pihak luar.  Pengurangan resiko bencana merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam untuk kelangsungan kehidupan di kawasan rawan bencana.  Tidak kalah pentingnya,  pendekatan multi sector, multi disiplin, dan multi budaya menjadi trens saat ini dalam penanggulangan bencana“Pendeknya tidak perlu ada tangisan kalau ada persiapan, “ kata Dadang Ronda.

Dari berbagai program yang dirancang dan dilaksanakan BPBD Jabar diakui Dadang Ronda, akibat masih dihadapinya permasalahan yang berpotensi menjadi kendala. Diantaranya,  masih banyak dijumpai pemukiman dan aktivitas penduduk di Zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi dan di alur lembah. Kejadian gerakan tanah hampir sepanjang tahun, mengikuti pola curah hujan yang berubah akibat dari Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. Masih belum optimal penataan ruang berbasis mitigasi bencana, karena faktor ekonomi, masyarakat tidak mempunyai pilihan tinggal di daerah aman terhadap ancaman bahaya gerakan tanah.
Terkait dengan tujuan program pemberdayaan masyarakat dalam penggulangan bencana , Dadang Ronda mengatakan bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan tanggungjawab masyarakat dalam penanggulangan bencana; memahami karakteristik bencana di daerahnya, mampu menyusun dan melaksanakan rencana aksi dalam pengurangan resiko bencana; melaksanakan musyawarah penetapan zona aman/tempat pengungsian sementara; serta memahami perannya  sebagai ‘First Responder’ [pelaku utama] di daerahnya. (MPH/Rony)



Netty Heryawan: ASI Nutrisi Mencerdaskan Anak Bangsa




Bandung- Masal News. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang diberikan Tuhan yang tidak bisa ditandingi oleh makanan dan teknologi secanggih apapun yang dibuat manusia.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan memberikan apresiasi kepada RS. Imanuel karena telah mengadakan seminar ini bagi masyarakat khususnya bagi wanita dan ibu menyusui karena pentingnya ASI adalah untuk mencerdaskan bangsa dan negara yang menghasilkan sumber daya manusia yang unggul.

Hal tersebut dikemukakan  Netty dalam acara Pembukaan Seminar Simposium Ilmiah Medikamentosa dan Nutrisi Nasional dengan tema Peran Asi Mencerdaskan Anak Bangsa di Aula Agape Pusat Diagnostik RS Immanuel, kamis (7/3).

"Tujuan diadakan seminar ini yaitu kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya wanita dan ibu menyusui tentang pentingnya ASI. Adanya kepedulian dari kami yaitu memberikan informasi dalam hal pemberian nutrisi pada ibu hamil dan menyusui karena tingkat kematian ibu dan bayi di provinsi Jawa Barat masih tinggi" hal tersebut dikemukakan oleh Direktur Utama RS. Imanuel Ruli Syambali.

Dikatakan Netty Heryawan Memberikan ASI pada bayi yang baru dilahirkan sangat penting karena merupakan nutrisi dan sebagai antibodi bagi bayi tersebut. Para ibu yang menyusui jangan merasa risau karena menyusui dirinya merasa tidak cantik karena ada perubahan pada bagian organ tubuh  khususnya payudara sehingga para ibu memilih susu formula sebagai alternatif mudah untuk menyusui bayi.

"Justru wanita merasa cantik tidak harus dari fisik karena fisik akan cepat berubah tapi kecantikan dari hati itu sangat penting contohnya jujur, rendah hati," ungkapnya.

Hadir pada kesempatan ini Kepala BKKBN Provinsi Jawa Barat Ir. Siti Fathonah, M.Ph, Direktur Utama RS. Imanuel Dr. Ruli Syambali, Fcn, Spg. KmKes dan Jajaran Direksi RS. Imanuel.(Rony)

Aher Ingatkan: Banjir Jakarta Fokus Hulu ke Hilir




Bandung –Masal News.  Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menegaskan kepada Pemerintah Pusat agar proyek pencegahan banjir Jakarta tidak fokus di hilir (Jakarta dan sekitarnya). Namun, persoalan di bagian hulu juga penting mendapat perhatian intensif seperti halnya hilir.

Penegasan itu dikemukakan Gubernur Heryawan saat ditanya wartawan di Gedung Sate, Bandung, pada Kamis (7/3). Sehari sebelumnya, mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta.

Rakor membahas proyek pembangunan tanggul raksasa atau giant sea wall di pantai utara (pantura) Jakarta-Tangerang-Bekasi sepanjang hampir 60 km. Tanggul raksasa ini bagian program Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) yang direncanakan pembangunannya bulan 2014, enam tahun lebih awal.

Dirinya mengungkapkan, Pemprov Jabar dalam rakor menggarisbawahi bahwa pencegahan banjir rutin di Ibukota tak cukup melalui pendekatan struktur atau pembangunan fisik. Persoalan nonstruktur, tandas Gubernur, khususnya penyehatan kawasan hutan dan lingkungan sepanjang daerah aliran sungai (DAS) di Jabar, tak kalah penting dibanding proyek fisik di Jakarta dan sekitarnya.

"Usulan utama Jabar dalam rangka penanganan banjir di Jakarta adalah bagaimana kita memperbaiki nonstrukturnya. Hutan di hilir diperbaiki. (Proyek di hilir) tidak ada gunanya kalau hulu ditinggalkan," papar Heryawan, mengulang penegasannya saat mengikuti rakor.

Melalui penyehatan kawasan hulu di Jabar, menurut Aher lagi, air tidak menuju ke wilayah Jakarta dan sekitarnya sebagai bah. Dengan melakukan konservasi, pembuatan kolam retensi, dan danau buatan akan menahan air pada musim hujan.

Konsekuensinya, masih menurut Heryawan, Pemerintah Pusat yang memimpin proyek pencegahan banjir Ibukota tersebut perlu menggelontorkan anggaran yang seimbang antara proyek struktur dan nonstruktur.

"Seringkali anggaran itu cukup untuk proyek struktur, tapi nonstruktur untuk pembenahan dihilir diberi dalam besaran yang tidak memadai. Tidak heran bila upaya penanganan banjir Jakarta selama ini kurang membuahkan hasil," papar Gubernur Heryawan. 

Menko Perekonomian Hatta Rajasa dalam rakor menyebutkan, program mega proyek JCDS yang digagas Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo telah menelan APBN sebesar Rp 280 triliun. Hatta memastikan jumlah itu akan ditingkatkan pada 2014.(Rony)