Selasa, 20 September 2016
Pemimpin Perlu Madani
Oleh : Rony Hidayat
Benar sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ketika beliau menyampaikan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah : “Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan.” (HR.Al-Bukhari)
Jika dulu para sahabat Radhiyallahu’Anhu sangat takut untuk dipilih untuk menjadi seorang pemimpin, maka sekarang banyak berlomba-lomba ingin menjadi pemimpin. Semua mengaku terbaik.
Pemimpin merupakan lambang kekuatan, keutuhan, kedisiplinan dan persatuan. Namun harus kita sadari juga bahwa pemimpin bukanlah hanya sekedar lambang. Karena itu, ia memerlukan kompetensi, kelayakan dan aktivitas yang prima untuk memimpin bawahannya.
Menurut perspektif Islam, peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin adalah :
Pelayan (Khadim). Pemimpin adalah pelayan bagi pengikutnya. Seorang pemimpin yang dimuliakan orang lain, belum tentu hal tersebut sebagai tanda kemuliaan. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dan menjadi pelayan bagi kaumnya. Seorang pemimpin sejati, mampu meningkatkan potensi dirinya untuk memuliakan orang-orang yang dipimpinnya. Dia menafkahkan lebih banyak, bekerja lebih keras, berfikir lebih kuat, lebih lama dan lebih mendalam dibanding orang yang dipimpinnya. Demikian pemimpin sejati yang dicontohkan Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam. Bukan sebaliknya, ingin mendapatkan dan mengambil sesuatu dari orang-orang yang dipimpinnya.
Pemandu (Muwajih). Pemimpin adalah pemandu yang memberikan arahan kepada pengikutnya untuk menunjukkan jalan yang terbaik agar selamat sampai di tujuan, tentu saja itu baru tercapai dengan sempurna jika di bawah naungan syari’at Islam.
Jujur. Pemimpin Islam haruslah jujur kepada dirinya sendiri dan pengikutnya Seorang pemimpin yang jujur akan menjadi contoh terbaik, yang dari perkataan dan perbuatannya sejalan.
Kompeten. Kompetensi dalam bidangnya mutlak dimiliki oleh seorang pemimpin Islam. Orang akan mengikuti seseorang jika ia benar-benar meyakini jika orang yang diikutinya sangat mengetahui apa yang diperbuatnya.
Inspiratif. Seorang pengikut akan merasakan ‘aman’ jika pemimpinnya membawa mereka pada rasa nyaman dan menimbulkan rasa optimis, seburuk apapun situasi yang sedang dihadapi.
Sabar. Seorang pemimpin haruslah sabar dalam dalam menghadapi segala macam persoalan dan keterbatasan, serta tidak bertindak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Rendah Hati. Seorang pemimpin haruslah mempunyai sikap rendah hati, yang tidak suka menampakkan kelebihannya (riya), serta tidak pernah merendahkan orang lain, khususnya para pengikut (rakyatnya).
Musyawarah. Dalam menghadapi setiap persoalan, seorang pemimpin haruslah menempuh jalan musyawarah serta tidak menentukan keputusan sendiri .
Mampu berkomunikasi dengan bawahan atau rakyatnya. Kapasitas ilmiah serta empati dan juga rasa sensitivitas yang baik pada mereka yang dipimpinnya, sehingga akan melahirkan seorang pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik pada rakyatnya. Komunikasi yang baik pada bawahan/rakyatnya bukanlah sekedar kemampuan retorika yang baik, tetapi juga kemampuan memilih hal yang akan dilempar kepada publik serta timing yang tepat dalam melemparkannya. Kematangan seorang pemimpin akan mampu membuatnya berkomunikasi yang jauh dari sikap emosional. Dan yang terpenting dari semua itu adalah seorang pemimpin akhirnya mampu mengambil sebuah kebijakan yang tepat dalam sebuah kondisi yang memang sedang dibutuhkan oleh bawahan/ rakyat yang dipimpinnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar